Pendahuluan: Era Baru dan Ekspektasi Tinggi
Dewa 19, sebuah entitas yang tak terpisahkan dari lanskap musik Indonesia, telah mengukir jejak panjang dengan karya-karya inovatifnya sejak dibentuk pada tahun 1986 di Surabaya.
Memasuki milenium baru, band ini berdiri di persimpangan jalan, menghadapi tantangan signifikan sekaligus peluang untuk mendefinisikan ulang identitas musikal mereka.
Album "Bintang Lima", yang dirilis pada tahun 2000, bukan sekadar album baru dalam diskografi mereka; ia adalah sebuah deklarasi kebangkitan, sebuah mahakarya yang tidak hanya memecahkan rekor penjualan tetapi juga memperkenalkan arah musikal yang segar dan formasi yang membawa Dewa 19 ke puncak kesuksesan yang lebih besar di era 2000-an.
Pada awal tahun 2000-an, kancah musik pop-rock Indonesia mulai mendominasi tangga lagu nasional. Band-band seperti Peterpan (yang kemudian dikenal sebagai NOAH), Gigi, Sheila on 7, dan Padi menjadi sangat populer, membentuk gelombang baru dalam industri musik.
Era ini ditandai dengan melodi yang kuat, aransemen yang kaya, dan lirik yang emotif, seringkali berfokus pada tema cinta dan kehidupan sosial. "Bintang Lima" muncul di tengah gelombang ini, namun berhasil menonjol dengan karakter dan kekhasannya sendiri.
Arah musikal baru Dewa 19 yang diperkenalkan melalui "Bintang Lima" bukan sekadar evolusi internal, melainkan sebuah penyesuaian strategis dengan selera musik yang berkembang pada awal 2000-an. Suara album ini, yang ditandai dengan elemen rock simfonik dan pop-rock , secara tepat menangkap semangat zaman.
Hal ini memungkinkan Dewa 19 untuk tidak hanya bertahan dari krisis personel besar yang dialami sebelumnya, tetapi juga untuk berkembang dan menjadi kekuatan utama dalam gelombang baru pop-rock Indonesia. Album ini bukan hanya sebuah karya yang baik; ia adalah karya yang muncul pada waktu yang tepat, beresonansi secara mendalam dengan lanskap suara yang terus berubah.
Kondisi Band Sebelum "Bintang Lima": Badai dan Perubahan Formasi
Sebelum perilisan "Bintang Lima", Dewa 19 menghadapi periode yang sangat menantang dan penuh gejolak internal. Setelah meraih kesuksesan dengan album "Pandawa Lima" pada tahun 1997, band ini dilanda masalah serius.
Vokalis Ari Lasso dan bassis Erwin Prasetya menghadapi isu ketergantungan narkoba, yang berujung pada pembatalan konser dan terhentinya pengerjaan album kelima mereka. Meskipun Erwin berhasil menjalani rehabilitasi, kondisi Ari Lasso memburuk, yang pada akhirnya menyebabkan ia terpaksa dikeluarkan dari band pada tahun 1999.
Kepergian Ari Lasso meninggalkan kekosongan yang signifikan di posisi vokalis, mengingat kontribusinya yang besar terhadap kesuksesan Dewa 19 di era 90-an. Dalam upaya untuk mengisi kekosongan ini dan menghadirkan energi baru, Ahmad Dhani merekrut Elfonda Mekel, yang lebih dikenal sebagai Once, sebagai vokalis baru pada tahun 1999.
Bersamaan dengan itu, Setyo Nugroho, atau Tyo Nugros, juga bergabung sebagai drummer baru, mengisi posisi yang sebelumnya sering berganti setelah Wong Aksan dan Bimo Sulaksono. Dengan formasi baru ini, band sempat mengubah namanya menjadi "Dewa" saja, menghilangkan angka "19" untuk sementara waktu, sebagai simbol dimulainya era baru.
Krisis yang melanda band, alih-alih menghancurkan, justru bertindak sebagai katalisator kuat untuk transformasi. Perubahan personel yang terpaksa terjadi tidak hanya mengisi posisi yang kosong, tetapi juga membawa talenta segar — vokal Once yang khas dan permainan drum Tyo Nugros — yang memungkinkan pergeseran fundamental dalam suara band.
Hal ini memungkinkan Dewa 19 untuk beradaptasi dan berinovasi, bukan sekadar pulih, yang pada akhirnya mengarah pada era keemasan baru. Krisis tersebut secara efektif memicu kelahiran kembali kreativitas band.
Proses Kreatif dan Produksi: Lahirnya Sebuah Fenomena
"Bintang Lima" adalah bukti nyata dari kejeniusan Ahmad Dhani sebagai produser, komposer, dan arranger. Hampir semua lagu dalam album ini ditulis dan dikomposisi olehnya, dengan kontribusi dari gitaris Andra Ramadhan untuk beberapa lagu.
Proses rekaman album ini dilakukan di Ahmad Studio, sementara drum dan string direkam di Gin's, dengan proses mastering akhir dilakukan di 301 Studios, Sydney, Australia, menunjukkan standar produksi yang sangat tinggi.
Once Mekel, dengan karakter vokalnya yang khas dan kuat, menjadi faktor utama kesuksesan album ini. Ia berhasil diterima dengan cepat oleh penggemar Dewa 19 setelah "Bintang Lima" menjadi hit besar. Tyo Nugros, sebagai drummer baru, juga memberikan kontribusi signifikan pada aransemen album dengan permainannya yang dinamis.
Kehadiran Once dan Tyo Nugros tidak hanya mengisi kekosongan, tetapi juga membawa dinamika baru yang memperkaya suara Dewa 19. Menariknya, Ari Lasso bahkan memberikan vokal tambahan pada beberapa lagu, menunjukkan transisi yang mulus dan kolaborasi yang unik antara formasi lama dan baru.
Sentuhan orkestra dari Sa'Unine String Ensemble dari Jokja Orchestra juga turut memperkaya aransemen, memberikan dimensi simfonik yang megah pada beberapa lagu.
Kombinasi antara kepiawaian Ahmad Dhani dalam penulisan lagu dan visi produksinya yang telah mapan, dengan tekstur vokal segar dari Once dan kontribusi ritmis dari Tyo Nugros, menciptakan efek sinergis yang luar biasa.
Perubahan ini bukan sekadar pergantian anggota; itu adalah evolusi yang disengaja atau muncul secara alami dari identitas sonik band. Suara Once yang kuat dan jernih memungkinkan melodi yang lebih melambung dan kualitas yang lebih anthemic, sementara permainan drum Tyo memberikan fondasi yang solid namun dinamis, bergerak melampaui pengaruh jazz sebelumnya yang kadang menjadi masalah.
Evolusi ini merupakan kunci dari "arah musikal baru" yang beresonansi luas dengan publik. Kualitas produksi yang tinggi, termasuk mastering di Sydney, semakin memoles suara baru ini, menjadikannya sangat menarik secara komersial.
Analisis Lagu-Lagu Kunci: Melodi, Lirik, dan Makna
Album "Bintang Lima" dipenuhi dengan lagu-lagu yang tidak hanya populer, tetapi juga kaya akan makna dan kedalaman lirik, menjadikannya salah satu album paling berpengaruh dalam sejarah musik Indonesia.
"Roman Picisan": Elegi Cinta Tak Tergapai
Sebagai lagu pembuka yang ikonik, "Roman Picisan" menggambarkan perasaan seseorang yang mencintai namun tidak bisa memiliki pujaan hatinya, sebuah narasi yang seringkali diinterpretasikan sebagai kisah cinta yang "murahan seperti picisan".
Liriknya kaya akan penggunaan majas seperti hiperbola ("Tatap matamu bagai busur panah"), sarkasme, dan alegori, yang menunjukkan kedalaman puitis Ahmad Dhani dalam merangkai kata. Lagu ini dengan cepat menjadi salah satu "signature songs" dari album tersebut.
"Risalah Hati": Perjuangan Cinta Tak Berbalas
Lagu ini secara mendalam mencerminkan perjuangan seseorang untuk mendapatkan cinta yang mungkin tidak terbalas, dengan filosofi Jawa "Witing Tresno Jalaran Soko Kulino" (cinta lahir karena terbiasa) menjadi inti pesannya.
Lirik seperti "Hidupku tanpa cintamu, Bagai malam tanpa bintang" secara jelas menggambarkan kehampaan yang dirasakan tanpa kehadiran orang yang dicintai.
"Separuh Nafas": Kehilangan dan Penyesalan
Sebuah balada kuat yang melukiskan perasaan kehilangan dan penyesalan seseorang terhadap kekasih yang telah pergi. Liriknya, seperti "Separuh nafasku kuhempaskan untukmu, hidupku...", menggambarkan betapa kuatnya cinta memengaruhi hidup seseorang secara mendalam.
Lagu ini juga menyiratkan perubahan pada diri sang penulis dan harapan yang tak padam akan kembalinya kebahagiaan yang hilang.
"Dua Sejoli": Kontroversi dan Interpretasi Takdir
Lagu ini mengutarakan perasaan sayang laki-laki kepada perempuan, dengan makna takdir pertemuan laki-laki dan perempuan yang tersirat dalam lirik "Hawa tercipta di dunia. Untuk menemani sang Adam".
Namun, lagu ini juga menuai kontroversi dan kritik dari kelompok feminis karena dianggap merendahkan derajat perempuan dan melanggengkan nilai patriarkis. Meskipun demikian, ada lirik balasan seperti "Walaupun kadang diriku bertekuk lutut di hadapmu" yang menawarkan perspektif berbeda, menunjukkan bahwa dinamika hubungan yang digambarkan lebih kompleks dari sekadar satu sisi.
Keberadaan lagu-lagu dengan lirik yang sangat emosional dan puitis seperti "Roman Picisan," "Risalah Hati," dan "Separuh Nafas" di satu sisi, dan lagu seperti "Dua Sejoli" yang memicu perdebatan karena dianggap bias gender di sisi lain, menyoroti dualitas dalam pendekatan lirik Dewa 19.
Ini menunjukkan bahwa meskipun banyak lagu mereka beresonansi secara universal dengan tema cinta dan kerinduan, beberapa di antaranya juga menyentuh dinamika sosial yang lebih kompleks, bahkan jika tidak disengaja memicu kontroversi.
Kemampuan album ini untuk tidak hanya menyentuh emosi pribadi tetapi juga untuk memicu, dan kadang-kadang memprovokasi, diskusi sosial yang lebih luas, menunjukkan bobot dan pengaruh budaya dari penulisan lagu Dewa 19.
Lirik-lirik tersebut tidak hanya berfungsi sebagai ekspresi puitis tetapi juga dapat menjadi subjek wacana publik, mencerminkan sensitivitas sosial yang berkembang di Indonesia.
Penerimaan Publik dan Prestasi Komersial: Angka dan Penghargaan
"Bintang Lima" menandai puncak kesuksesan komersial bagi Dewa 19. Album ini terjual lebih dari 1.7 juta kopi di Indonesia, menjadikannya album terlaris dalam sejarah karir band tersebut.
Lebih jauh, "Bintang Lima" menduduki peringkat ke-7 sebagai album terlaris sepanjang masa di Indonesia, dengan penjualan mendekati 2 juta kopi, sebuah angka yang menegaskan statusnya sebagai fenomena budaya yang tak terbantahkan.
Keberhasilan komersial yang luar biasa ini diiringi dengan pengakuan luas dari industri musik. Pada ajang AMI Awards tahun 2000, Dewa 19 meraih tiga penghargaan bergengsi melalui album ini: "Penyanyi/Grup Terbaik", "Lagu Terbaik" (untuk "Roman Picisan"), dan "Album Terbaik".
Kualitas album ini juga diakui oleh kritikus; majalah Rolling Stone Indonesia menempatkannya di peringkat ke-96 dalam daftar "150 Album Indonesia Terbaik Sepanjang Masa". Rata-rata rating di Discogs sebesar 4.46 dari 5 berdasarkan 13 rating juga menunjukkan apresiasi yang tinggi dari para penggemar dan kolektor.
Kesuksesan komersial yang masif dan pengakuan kritis ini bukan sekadar pencapaian yang terisolasi. Ini adalah hasil langsung dari keberhasilan band dalam menavigasi krisis sebelumnya dan memperkenalkan arah musikal baru yang sangat menarik. "Bintang Lima" menjadi simbol kuat dari ketahanan Dewa 19 dan kemampuannya untuk berinovasi.
Angka penjualan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada awal tahun 2000-an, di tengah periode pergeseran lanskap musik, menunjukkan posisi dominan album ini di pasar dan perannya dalam membentuk tren musik populer. Album ini membuktikan bahwa sebuah band dapat mengatasi gejolak internal yang signifikan dan muncul lebih kuat, menetapkan tolok ukur baru untuk kesuksesan dalam industri musik Indonesia.
Dampak dan Warisan: Mengukir Sejarah Musik Indonesia
"Bintang Lima" tidak hanya membawa kesuksesan komersial yang fenomenal, tetapi juga memperkenalkan "arah musikal baru" bagi Dewa 19. Dengan masuknya Once Mekel sebagai vokalis, suara band menjadi lebih kental dengan nuansa "rock" dan "pop rock", sebuah pergeseran yang jelas dari era Ari Lasso yang lebih identik dengan "soft rock" atau "pop melankolis".
Album ini secara definitif mengukuhkan Dewa 19 sebagai salah satu band pop-rock paling populer di Indonesia pada awal 2000-an, bersanding dengan nama-nama besar lainnya seperti NOAH, Gigi, dan Sheila on 7.
Keberhasilan "Bintang Lima" turut memperkuat dominasi genre pop-rock di tangga lagu nasional pada dekade 2000-an. Album ini menjadi semacam cetak biru bagi banyak band lain yang ingin mencapai kesuksesan serupa, dengan perpaduan melodi yang kuat, lirik yang mendalam, dan aransemen yang kaya.
Dewa 19, bersama dengan God Bless dan Slank, diakui secara luas sebagai salah satu band rock terbesar dalam sejarah musik populer Indonesia. Pengaruh mereka melampaui batas negara, dengan popularitas yang meluas hingga ke negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
Lagu-lagu dari "Bintang Lima" tetap relevan dan dicintai hingga kini, sering diputar di berbagai platform digital dan menjadi bagian tak terpisahkan dari nostalgia bagi banyak penggemar setia mereka, yang dikenal sebagai Baladewa.
Album ini terus dirayakan, bahkan mendapatkan perilisan ulang dalam format vinyl pada tahun 2023, menunjukkan bahwa daya tariknya tidak lekang oleh waktu. Ini membuktikan bahwa "Bintang Lima" bukan hanya sukses sesaat, tetapi sebuah karya abadi yang terus menginspirasi dan memengaruhi generasi musisi dan pendengar di Indonesia.
Kesuksesan "Bintang Lima" yang luar biasa pasca krisis internal band (perubahan personel dan masalah narkoba) adalah bukti nyata dari kemampuan adaptasi dan kekuatan visi Ahmad Dhani. Album ini mengubah Dewa 19 dari sebuah band yang sedang dalam masa pemulihan akibat gejolak internal menjadi ikon abadi yang mendefinisikan era penting dalam musik Indonesia.
Ini menunjukkan bahwa evolusi kreatif, bahkan yang lahir dari kesulitan, dapat mengarah pada kesuksesan komersial dan kritis yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga menetapkan preseden untuk ketahanan dan inovasi dalam industri musik Indonesia.
Album ini mengukuhkan warisan mereka bukan hanya sebagai pencetak hit, tetapi sebagai band yang mampu melakukan penemuan kembali artistik dan komersial yang mendalam, memengaruhi lanskap musik yang lebih luas selama bertahun-tahun yang akan datang.
Kesimpulan: Bintang Lima, Album Abadi
"Bintang Lima" adalah lebih dari sekadar album musik; ia adalah sebuah narasi tentang ketahanan, transformasi, dan kejeniusan musikal. Di tengah badai perubahan formasi dan tantangan internal, Dewa 19 berhasil bangkit dan melahirkan sebuah mahakarya yang mendefinisikan ulang suara mereka dan mengukuhkan posisi mereka sebagai salah satu band paling berpengaruh di Indonesia.
Dengan lagu-lagu yang mendalam, produksi yang cermat, dan penerimaan publik yang luar biasa, "Bintang Lima" tidak hanya memecahkan rekor penjualan tetapi juga meninggalkan warisan abadi yang terus relevan dan dicintai hingga hari ini. Album ini adalah bukti nyata bahwa dari krisis dapat lahir sebuah bintang yang bersinar paling terang.
Sumber Artikel
1_https://en.wikipedia.org/wiki/Dewa_19
2_https://www.discogs.com/release/29207263-Dewa-Bintang-Lima
3_https://en.wikipedia.org/wiki/Once_Mekel
4_https://www.discogs.com/master/897235-Dewa-Bintang-Lima
5_https://www.last.fm/music/Dewa+19/+wiki
6_https://www.aaemusic.com/artist/dewa-19/
7_https://en.wikipedia.org/wiki/Indo_pop
8_https://music.apple.com/id/playlist/2000s-indonesian-music-essentials/pl.4dc5ea56024143d69904e3b6f014ad76
9_https://core.ac.uk/download/pdf/12209039.pdf
10_https://hugoribeiro.com.br/area-restrita/Wallach-Modern-Noise-Fluid-Genres-Popular-Music-in-Indonesia.pdf
11_https://www.youtube.com/watch?v=UDstPFtnUQI
12_https://www.youtube.com/watch?v=5CQalOEiELU
13_https://www.thejakartapost.com/culture/2022/09/23/dewa-19-album-gets-vinyl-treatment-for-the-first-time.html
14_https://www.vice.com/en/article/every-dewa-19-album-ranked-from-worst-to-best/
15_https://observerid.com/the-best-of-dewa-19-with-once-mekel-nostalgia-for-old-times/
16_https://www.youtube.com/watch?v=vvsg6opZTA0&pp=ygUQI2Zvcm1hc2liaW50YW5nNQ%3D%3D
17_https://m.kumparan.com/katalog-musik/lirik-lagu-dewa-19-roman-picisan-dan-maknanya-tentang-cinta-tak-dapat-diraih-23YQnjTWmyz
18_https://journal.amikveteran.ac.id/index.php/jpbb/article/download/686/519/3259
19_https://kumparan.com/katalog-musik/makna-lagu-risalah-hati-dewa-19-ft-yura-dan-liriknya-23Ysbscfqp3
20_https://www.pikiran-rakyat.com/entertainment/pr-015756021/lirik-lagu-risalah-hati-dewa-19-dan-makna-di-baliknya?page=all
21_https://www.rri.co.id/hiburan/1206427/dewa-19-separuh-nafas
22_https://www.idntimes.com/hype/entertainment/lirik-lagu-separuh-nafas-dewa-19-dan-maknanya-01-s3gny-r6kvf0
23_https://www.tiktok.com/@musikperadaban/video/7294561280831212805
24_https://m.kumparan.com/katalog-musik/lirik-lagu-dewa-19-dua-sedjoli-dan-maknanya-yang-menarik-untuk-diketahui-23Y3FqFdlUo
25_https://gang-flow.com/music/indonesian-emerging-artists-spotlight-on-rising-stars/
26_https://www.esplanade.com/offstage/arts/wyntk-indonesian-rock-music-in-the-nusantara
27_https://www.youtube.com/watch?v=ZEwwinqkx9g
28_https://en.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Dhani
29_https://www.tiktok.com/@remaja.my/video/7284481521300327681
30_https://id.quora.com/Apa-kesalahan-kesalahan-yang-Once-Mekel-lakukan-hingga-sampai-tidak-lagi-diajak-konser-Dewa19-serta-dilarang-membawakan-lagu-Dewa19-lagi-oleh-Ahmad-Dhani
31_https://www.youtube.com/watch?v=LSHmuFHHIk0
32_https://www.youtube.com/watch?v=8HqQNGZkWEo
33_https://www.youtube.com/watch?v=xzHQNABs1lc
34_https://www.iramanusantara.org/release/6897
Belum ada tanggapan untuk " Bintang Lima: Mahakarya Kebangkitan Dewa 19 di Milenium Baru"
Posting Komentar